Sederet Musisi Dunia Undur Diri dari Spotify, Ada Apa?

Penulis: Tantri Dwi Rahmawati

Diterbitkan:

Sederet Musisi Dunia Undur Diri dari Spotify, Ada Apa?
Deerhoof © instagram.com/green__yang

Kapanlagi.com - Fenomena boikot Spotify kembali mencuat ke permukaan. Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah musisi dunia memilih menarik karya mereka dari platform streaming musik terbesar itu. Terbaru, giliran band post-rock asal Kanada Godspeed You! Black Emperor yang memutuskan hengkang dari Spotify, Tidal, dan Amazon Music.

Label mereka, Kranky, mengonfirmasi bahwa penarikan ini akan berlangsung bertahap, meski masih ada beberapa album yang tersisa di Apple Music. Langkah ini menambah panjang daftar musisi yang menolak distribusi karyanya di Spotify.

Keputusan Godspeed You! Black Emperor bukanlah kasus tunggal. Sebelumnya, sejumlah nama besar di ranah musik independen juga mengambil langkah serupa. Di antaranya ada band Deerhoof dan Xiu Xiu dari Amerika Serikat, King Gizzard & the Lizard Wizard dari Australia, musisi sekaligus penulis lagu kontemporer David Bridie, hingga label Belanda Kalahari Cult Music.

Baca berita lainnya seputar Spotify di Liputan6.com.

1. Persulit Musisi Independen

Gerakan ini menunjukkan adanya keresahan kolektif dari komunitas musik global terhadap Spotify yang selama ini dianggap sebagai jalan utama distribusi digital.

Ada beberapa isu mendasar yang menjadi alasan musisi meninggalkan Spotify. Pertama, soal monopoli layanan streaming yang kian dominan sehingga mempersulit musisi independen untuk bersaing.

Kedua, masalah royalti yang dianggap tidak adil. Spotify membayar sekitar USD 0,003–0,005 per streaming. Angka ini, bila dikonversi, hanya sekitar Rp50–Rp80 sekali putar.

Bagi musisi besar dengan jutaan pendengar, mungkin masih menghasilkan. Namun bagi musisi kecil, pendapatan ini jauh dari layak. Musisi Australia, David Bridie, bahkan menyebut angka tersebut sebagai penghinaan terhadap karya seni.

(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)

2. Investasi Kontroversial

Selain itu, maraknya musik buatan kecerdasan buatan (AI) yang masuk ke platform streaming juga menjadi sorotan. Para musisi khawatir musik orisinal mereka kian terpinggirkan oleh karya instan yang dibuat mesin.

Situasi ini menimbulkan keresahan karena menurunkan nilai karya manusia sekaligus memperbesar dominasi algoritma yang lebih berpihak pada konten massal ketimbang musik dengan idealisme artistik.

Namun pemicu terbesar aksi boikot datang dari investasi kontroversial CEO Spotify, Daniel Ek. Pada 2023 lalu, Ek melalui perusahaan investasinya, Prima Materia, menanam dana sekitar €600 juta (Rp10,4 triliun) ke Helsing, sebuah startup pertahanan berbasis AI. Perusahaan ini mengembangkan drone dan teknologi tempur berbasis kecerdasan buatan. Kabar ini menyulut kemarahan musisi.

3. Berdampak pada Citra

Band Deerhoof adalah yang pertama kali lantang bersuara. “Kami tidak ingin musik kami membunuh orang,” ujar Greg Saunier drummer Deerhoof dilansir dari The Verge. Ia menegaskan bahwa hasil karya mereka tidak seharusnya ikut membiayai perang.

Keputusan para musisi ini tentu berdampak pada Spotify, terutama dari sisi citra. Spotify sebelumnya sudah pernah menghadapi kritik soal royalti, tetapi kini sorotannya semakin berat karena menyangkut aspek moral dan etika.

4. Masih Bergantung

Bagaimana dengan Indonesia? Hingga kini, belum ada musisi atau label tanah air yang secara terbuka melakukan boikot terhadap Spotify. Meski demikian, pemberitaan mengenai aksi boikot ini sudah meluas di media lokal.

Beberapa pengamat musik nasional menilai bahwa musisi lokal masih sangat bergantung pada Spotify sebagai medium distribusi, sehingga langkah boikot dianggap berat untuk dilakukan.

Fenomena boikot Spotify ini sekaligus menjadi pengingat bahwa industri musik digital bukan hanya soal aksesibilitas, tetapi juga menyangkut nilai kemanusiaan, etika, dan keadilan finansial. Para musisi menuntut agar karya seni tidak hanya dipandang sebagai komoditas, melainkan dihargai sesuai nilai kreatif dan dampaknya terhadap masyarakat.

Rekomendasi
Trending