Conchita Wurst Dicap Simbol Fasisme Modern
Diperbarui: Diterbitkan:
Conchita Wurst @facebook.com/ConchitaWurst
Kapanlagi.com - Kontroversi Conchita Wurst sebagai pemenang kontes Eurovision sepertinya tak henti mengundang reaksi. Baru-baru ini Vladimir Yakunin menyebut Wurst sebagai simbol fasisme vulgar era modern.
Fasisme sendiri adalah gerakan radikal yang menyangkut politik dan cara pandang yang baru. Yakunin menganggap Conchita akan mempengaruhi masyarakat untuk mengakui adanya kaum seperti dia.
Yakunin yang merupakan sahabat dekat Vladimir Putin, presiden Rusia mengungkapkan hal tersebut beberapa waktu lalu. Dalam sebuah konferensi di Berlin, Yakunin menyatakan bahwa fasisme kembali merebak dengan munculnya Conchita.
"Definisi kuno tentang demokrasi tak ada kaitannya dengan wanita yang berjenggot, tapi dengan kepemimpinan terhadap masyarakat," ujar Yakunin dalam konferensi tersebut. Banyak orang menganggap kemenangan Wurst dalam Eurovision di Denmark merupakan bentuk kebebasan yang baru, namun tidak bagi Yakunin.
Advertisement
Sementara itu pemerintah Rusia telah memanggil beberapa negara untuk mengadakan kontes serupa dengan kontestan yang 'normal'. Acara yang bernama Voice of Eurasia ini akan menjadi tandingan Eurovision yang digelar beberapa pekan lalu.
Conchita Wurst jadi idola baru @gigwise
Conchita Wurst sendiri menjadi sosok yang fenomenal setelah tampil apik dengan membawakan lagu Rise Like a Phoenix. Penampilannya banyak mendapat pujian dari penonton maupun penyelenggara.
Penyanyi yang tampil berani dengan brewoknya ini akan menunjukkan kemampuannya bertahan dalam industri musik dengan mengadakan serangkaian acara. Beberapa rencana Wurst adalah berkolaborasi dengan jebolan Eurovision lainnya dan merilis single anyar.
Berita terkait:
(Lagi-lagi bikin heboh! Setelah bucin-bucinan, sekarang Erika Carlina dan DJ Bravy resmi putus!)
(gig/niz)
Nizar Zulmi
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Deretan Aksesori yang Bikin Gadget Gen Z Makin Ciamik, Wajib Punya Nih!
