From First To Last, Seakan Dikutuk
Diterbitkan:

From First To last
Kapanlagi.com - From First To Last adalah band yang berpengaruh dalam kancah genre musik emo. Pada masanya mereka menjadi band yang patut diantisipasi, terlebih saat perilisan album kedua yang mendapatkan pujian dan penjualan yang cukup baik.
Setelah meluncurkan 4 album, sayangnya band ini eksistensinya tidak jelas. Berbagai krisis pun mendera band ini, namun bisa diatasi drngan semangat yang tak pernah berhenti. Namun semangat itu pun mulai meredup hingga memutuskan untuk vakum pada tahun 2010 dan tak ada kabar lagi.
Meski saat ini bisa dibilang bubar, namun apa yang ditinggalkan oleh band yang berdomisili di Georgia, Amerika ini sangatlah banyak. Berikut perjalanan mereka dari awal hingga akhir.
Advertisement
1. First Too Last, Sebuah Awal
Sebelum bernama From First To Last, mereka menamakan diri dengan nama First Too Last. Ini adalah sebuah proyek ambisius dari anak-anak muda untuk membentuk sebuah band.
Di era awal First Too Last (From First Too Last) banyak bergonta-ganti personel. Pun begitu mereka telah merekam dan merilis sebuah EP pada tahun 2003 bertajuk Aesthetic. Setelah merilis EP ini mereka pun mengganti nama menjadi From First To Last.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Perjalanan Pun Dimulai
Aesthetic EP adalah modal awal bagi From First To Last untuk memperkenalkan musiknya lebih luas. Terlebih pinangan Epitaph, sebuah label indie besar ini menjadikan langkah FFTL terbuka lebar.
Sambutan dari EP ini sendiri pun cukup menggembirakan, sehingga mereka pun tak berlama-lama dan kembali masuk ke studio untuk merekam debut album. Sayangnya dalam proses penggarapan album pertama ini, Phillip Reardon pun tak mengambil bagian. Namun saat membuat demo Phillip pun masih menyumbangkan suaranya.
Band pun memutuskan gitaris Matt Good untuk menjadi vokalis. Namun karena dia harus menjaga rhytm, dia pun mundur, terlebih band membutuhkan seorang frontman yang bisa menyatukan band dengan crowd.
Setelah pencarian lewat audisi terplihlah Sonny Moore seorang penyanyi sekaligus gitaris dari California. Dengan lengkapnya personel, FFTL pun merekam album Dear Diary, My Teen Angst Has A Bodycount yang akhirnya rilis 29 Juni 2004
Advertisement
3. Keterlibatan Ross Robinson dan Wes Borland
Album kedua menjadi pembalasan From First To Last untuk berkarya lebih dahsyat lagi. Untuk penggarapan kali ini mereka menggaet produser gaek, Ross Robinson agar mendapatkan sound yang lebih baik.
Namun lagi-lagi kendala menghinggapi FFTL dengan hengkangnya sang bassis, Jon Weisberg lantaran adanya masalah internal dengan personel lain. Akhirnya Ross Robinson pun menawarkan bassis pengganti yaitu Wes Borland, gitaris dari Limp Bizkit, yang disetujui oleh semua personel.
Heroine pun meluncur pada 21 Maret 2006 dan sukses bertengger di chart 25 Billboard dengan penjualan di minggu pertama terjual sekitar 33.00.
Kolaborasi Wes Borland dengan FFTL tak berhenti dalam proses rekaman saja. Wes pun juga turut dalam beberapa tur FFTL. Bahkan Wes merasa nyaman berada di band ini dan mempunyai niat untuk menulis lagu bersama dengan FFTL. Namun rencana tersebut tak terwujud karena Wes sibuk dengan proyeknya.
4. Sonny Moore Keluar
Bisa dibilang From First To Last memiliki masalah dengan personel. lagi-lagi mereka harus diuji dengan keluarnya Sonny Moore.
Sonny memutuskan untuk keluar dari band karena ingin mengembangkan kemampuannya bermusik. Selain itu dia merasa sangat berat bernyanyi di band karena merusak suaranya sehingga membutuhkan operasi.
Sonny pun bersolo karir dengan memakai nama samaran Skrillex dan mengusung musik yang berbeda dengan apa yang ia buat sebelumnya.
5. Krisis Yang Tak Kunjung Reda
From First To Last seakan mendapatkan sebuah kutukan yang tak kunjung selesai. Mereka terus didera krisis mulai dengan hengkangnya beberapa personel dan kini ereka harus keluar dari Capitol Records lantaran label tersebut mengalami masalah kuangan.
Kondisi FFTL saat itu bisa dibilang terpuruk, tanpa vokalis, label, pemain bass tetap serta uang membuat band ini nyaris bubar. Namun hasrat dan semangat pada masing-masing personel masih tetap nyala, dan Matt Good kembali lagi untuk mengisi vokal dan bermain gitar.
6. Akhiri Masa Krisis
Setelah merekrut Matt Manning menjadi bassis, FFTL pun segera merekam materi mereka dengan dana yang ada. Selain menawarkan materi tersebut ke label-label lain, FFTL pun tetap aktif tampil dan menggelar tur.
Kegigihan pun membuahkan hasil. Keberuntungan pun berpihak pada mereka dengan masuknya label Suretone Records. FFTL pun kembali merekam ulang lagunya dengan kualitas yang baik
Pada 6 Mei 2008 album ketiga yang mereka kasih nama sama dengan nama band pun akhirnya keluar. Di tahun ini mereka juga merekrut Chris Lent untuk mengisi bagian synthesizer.
7. Throne To The Wolves, Album Terakhir
Di awal tahun 2009 From First To Last pun kembali berkutat di studio untuk menggarap album keempat mereka. Setelah demo tersebut keluar, mereka pun menaruh demo itu di Myspace untuk diperdengarkan kepada fansnya.
FFTL kembali diuji, dengan tidak adanya label yang mengontrak mereka. Hingga akhirnya Rise Records pun meminang dan merilis album keempat ini pada 16 Maret 2010.
Dalam proses penggrapan album ini, FFTL lagi-lagi mengalami krisis pada personel. Gitaris Travis Richter pun memutuskan hengkang dan tanpa ada penjelasan secara resmi.
Mengenai album Throne To The Wall sendiri mendapatkan pujian dari fans dan beberapa media seperti Alterbative Press dan Absolute Punk. Bahkan album ini berada di peringkat ke 24 di Billboard Top Hard Rock Albums dan peringkat 45 The Top Independent Albums. Namun sayangnya prestasi itu tak berlangsung lama dan terus merosot. Sebuah pertanda pun mulai muncul.
8. Vakum Yang Berujung Bubar
Semangat masing-masing personel pun semakin mengendor. Hingga pada 28 Juli 2010 frontman From First To Last pun mengumumkan untuk memvakumkan band ini.
Namun vakum yang seharusnya bersifat sementara ini menjadi berkepanjangan. Terlebih masing-masing personel aktif dengan band proyekannya. Hingga mereka pun mengakhiri semua perjalanannya untuk selamanya, meski tanpa ada konfirmasi secara resmi.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/faj)
Fajar Adhityo
Advertisement