Malik Atmadja Beri Tanggapan Terkait Polemik WAMI: Penerima Royalti Saja Tidak Percaya, Apalagi yang Mau Membayar?
Diperbarui: Diterbitkan:

Credit: KapanLagi.com/Sahal Fadhli, Instagram.com/malikatmadja
Kapanlagi.com - Polemik royalti musik sebesar 2% dari ongkos produksi di acara pernikahan yang diberlakukan Wahana Musik Indonesia (WAMI) memicu keresahan di kalangan calon pengantin, penyelenggara acara, hingga pelaku seni musik.
Malik Atmadja, musisi wedding band sekaligus Wakil Ketua Umum Ikatan Pengusaha Jasa Musik Pernikahan Indonesia (IPAMI), menyatakan pihaknya siap menanggung biaya tersebut demi menjaga ketenangan calon pengantin.
"Prinsip kami sederhana, jangan sampai kebijakan ini membuat khawatir calon pengantin atau mengganggu kebahagiaan di hari istimewa mereka. Lebih baik kami yang menanggung beban royalti 2% tersebut, dengan catatan distribusi dana dilakukan secara adil, jelas, dan transparan kepada para pencipta lagu," ujar Malik di Jakarta, Kamis (14/8/25).
Advertisement
1. Cegah Pembatalan Kontrak
Menurutnya, langkah ini diambil untuk mencegah pembatalan kontrak oleh calon pengantin akibat kekhawatiran soal biaya tambahan. Ia menilai kepercayaan publik terhadap lembaga pengelola royalti masih rendah, apalagi setelah musisi besar seperti Ari Lasso pun meragukan kinerja WAMI.
"Kalau penerima manfaat saja meragukan, wajar kalau yang diminta membayar juga ragu," tambahnya.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Rugikan Musisi Lokal
Malik menilai, informasi yang tidak jelas telah membuat banyak calon pengantin beralih ke opsi lain, seperti memutar musik instrumental dari platform digital ketimbang menyewa band.
"Hal ini sangat merugikan musisi-musisi lokal yang mengandalkan pekerjaan di industri pernikahan sebagai sumber utama penghasilan," tegasnya.
Advertisement
3. Berharap WAMI Bangun Mekanisme Transparan
Ia mengingatkan bahwa industri musik pernikahan adalah bagian dari ekonomi kreatif yang menghidupi ribuan pekerja, mulai dari penyanyi, pemain musik, teknisi, hingga kru pendukung.
Melihat pengaruh terhadap pekerja di sektor tersebut, Malik berharap WAMI dan pihak terkait dapat membangun mekanisme yang transparan dan berpihak pada keberlangsungan ekosistem musik.
"Kebijakan seharusnya menjadi solusi, bukan sumber keresahan. Musik adalah bagian dari kebahagiaan, bukan kegaduhan," tutupnya.
Simak juga berita terkait
Tanggapi Polemik Royalti Vidi & Lesti, Ikke Nurjanah Ungkap Fakta Anggaran Sosialisasi LMKN
Ikke Nurjanah Bongkar 'Dapur' LMKN, Sebut Transparansi Jadi Kunci Utama Selesaikan Polemik Royalti
Efek Juara Idol, Ajang KWC Indonesia 2025 Diserbu 'Macan Panggung' Profesional
Basboi Rilis 'PARAH MAX', Obat Generik untuk Hadapi Kekacauan Hidup
Bangkit dari Perundungan, Kinan Jelita Luncurkan 'My Bubub', Didukung Penuh Abay Otok Otok & Irma Darmawangsa
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
Berita Foto
(kpl/aal/dyn)
Advertisement