Piyu Padi Reborn Nostalgia di JIAVS 2025 Ungkap Keinginan Mengembalikan Suara Vinyl ke Publik

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Piyu Padi Reborn Nostalgia di JIAVS 2025 Ungkap Keinginan Mengembalikan Suara Vinyl ke Publik
Credit:KapanLagi.com/Mathias Purwanto

Kapanlagi.com - Pameran audio-video paling bergengsi di Indonesia, IHEAC Jakarta International Audio Video Show (JIAVS) 2025, memantik nostalgia bagi banyak musisi dan audiophile, salah satunya Piyu, gitaris Padi Reborn. Digelar di Fairmont Jakarta, pameran yang bertema “What is The Future of Sound, Analog or Digital?” ini menghadirkan perdebatan hangat sekaligus ruang untuk merayakan kehangatan suara analog di tengah arus digitalisasi.

Hadir sebagai bagian dari acara pembukaan dan ikut memutar single terbaru Padi Reborn berjudul Ego, Piyu secara terbuka menyebut bahwa kehadiran JIAVS terasa sangat personal bagi generasi yang tumbuh bersama kaset dan piringan hitam.

"Bagi saya, pameran seperti ini sangat menarik karena mengedukasi publik tentang bagaimana musik seharusnya dinikmati, dengan kualitas terbaik. Dunia audio bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang menghargai karya musik dan emosi di balik setiap nada. Kami juga merasa terhormat lagu baru kami Ego mendapat sambutan yang luar biasa dengan pertama kali diputar di JIAVS," ujar Piyu saat jumpar pers di Fairmont, Jakarta Pusat, Jum'at (7/11).

Akses artikel seputar Piyu Padi di Liputan6.com.

1. Padi Merupakan Generasi Analog

Piyu menjelaskan lebih jauh bahwa Padi adalah bagian dari 'generasi analog' yang merekam dan mendengar musik melalui pita dan tape deck.

"So we are now pengen bring the analog sound back again in this years and in this our release single. So, kita mau sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada IHEAC dan Jakarta Internasional Audio Video Show 2025," kata Piyu, menegaskan rencana band untuk merilis album berbentuk vinyl berikut proyek vinyl pertama mereka.

2. Misi JIAVS

Pernyataan ini memberi bobot emosional pada misi JIAVS yang ingin mempertemukan warisan analog dengan inovasi digital. Tema besar JIAVS 2025 sendiri lahir dari fenomena kerinduan publik terhadap karakter suara analog. Ketua Panitia Herman Chandra menyampaikan bahwa penambahan kata 'International' bukan sekadar kosmetik.

"Penambahan kata ‘International’ merefleksikan semangat baru kami untuk menjadikan JIAVS sebagai panggung global yang mempertemukan audiophile, kreator, dan pelaku industri dari berbagai negara. Tahun ini, kami mengajak pengunjung untuk menjelajahi masa depan dunia audio, apakah tetap setia pada kehangatan analog, atau menuju kecanggihan digital," ujar Herman.

3. Piyu Mengakui Realitas Era Digital

Di balik nostalgia, Piyu juga mengakui realitas era digital yang tak terelakkan: platform streaming memang memudahkan distribusi, namun juga mendorong kompresi yang berpotensi mengganggu detail musik.

"Sebenarnya, kami para musisi atau seniman ini tidak bisa menghindari teknologi. Positifnya adalah semua karya-karya atau musik yang kita mau pengen bagikan itu cepet banget bisa di-share dengan cepat dibanding zaman dulu," ujarnya.

4. Ada 40 Exhibitor di JIAVS

Keseriusan JIAVS menghadirkan 40 exhibitor dan 55 ruang pameran yang menampilkan merek-merek global dan lokal mulai Shunyata Research, CH Precision, Sennheiser, Audio Technica, hingga SB Acoustics dan Polytron, serta aktivitas edukatif seperti talkshow, kontes portable audio, dan Sound Quality Car Audio Competition.

Kehadiran artis seperti Padi Reborn yang memutar single “Ego” perdana di event ini sekaligus menjadi bagian strategi pameran untuk menghubungkan industri, kreator, dan audiens dalam satu pengalaman listening yang mendalam.

5. Bukan Sekedar Ajang Pamer Alat

Bagi Piyu, JIAVS bukan sekadar ajang pamer alat, melainkan momen untuk 'mengobati rindu' penggemar audio: kembalinya minat terhadap vinil, tape, dan headroom analog menjadi bukti bahwa kultur mendengarkan berkualitas belum punah. Dengan rencana perilisan vinyl dan hasrat untuk mengembalikan cara mendengarkan yang penuh perhatian, Padi Reborn berharap generasi kini juga mau diberi ruang untuk mengalami musik secara utuh dari intro hingga akhir lagu bukan sekadar cuplikan yang lalu dilompati.

JIAVS 2025 berlangsung 7–9 November 2025 dan diharapkan terus menjadi platform edukasi sekaligus celebration bagi komunitas audiophile Indonesia. Dalam kata-kata Herman dan kehadiran Piyu, event ini menegaskan bahwa masa depan suara bukan soal memilih analog atau digital semata, melainkan bagaimana kedua dunia itu bisa saling melengkapi untuk menjaga martabat karya musik dan pengalaman mendengar yang sejati.

6. Q&A

Q:Apa tema utama pameran JIAVS 2025?
A:Tema utama JIAVS 2025 adalah "What is The Future of Sound, Analog or Digital?", yang membahas perdebatan antara suara analog dan digital.

Q:Mengapa Piyu Padi Reborn merasa pameran JIAVS 2025 sangat personal?
A:Piyu merasa pameran JIAVS 2025 sangat personal karena ia adalah bagian dari "generasi analog" yang tumbuh besar dengan mendengarkan musik melalui kaset dan piringan hitam.

Q: Apa JIAVS di Mata Piyu?
A:Bagi Piyu, JIAVS bukan sekadar ajang pamer alat, melainkan momen untuk 'mengobati rindu' penggemar audio

Rekomendasi
Trending