Kapanlagi.com - Sekian banyak jenis musik Indonesia didominasi oleh musik pop Melayu, seperti yang diusung oleh ST12, Kangen Band, dan Matta Band, namun bagi Coconut Head, yang merupakan band asal Medan, tetap eksis di jalur reggae adalah kewajiban.

Asisten Manager Coconut Head, Zack kepada ANTARA di Medan, Jumat (3/7) mengatakan, band beraliran reggae yang sudah berdiri sejak empat tahun lalu itu, merupakan band reggae asal Medan pertama dan paling tua di antara band reggae lainnya.

Coconut Head, dengan para personel BT (Vokalis), Imam (Gitaris), Fitra (Gitaris), Ndhoi (Bassis), Kiky (Drummer), Aldy (perkusi),dan Yudha (keyboardis), adalah juara ke-III regional se-Sumbagut pada ajang musik A Mild Live Wanted (AMLW) pada Mei 2009 lalu.

"Saat ini masyarakat Medan sudah mulai menyukai dan menerima kehadiran jenis musik reggae, dan dapat dilihat dari antusias mereka apabila Coconut Head manggung di kampus, sekolah mau pun acara-acara musik bergengsi," ujar Zack.

Dijelaskannya, nama Coconut Head sendiri diambil dari nama sebuah cafe di Thailand, yang mana pemiliknya bernama Mr.Richard Chaney warga asal Amerika Serikat, dan dialah yang menyatukan personil-personil hingga terbentuknya band ini.

"Mr.Richard merupakan pendiri band ini, dan kini musik reggae mereka sudah mendunia, ditandai dengan banyaknya orang-orang yang menyenangi lagu-lagu mereka. Tidak hanya di Indonesia (Medan sampai Papua) tetapi juga di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Philipina, hingga ke Amerika serikat," jelasnya.

Meski beraliran reggae dan memiliki sasaran pasar hanya untuk pecinta dan komunitas reggae saja, namun, Coconut Head yang terkenal dengan single Hello Brother dan Berdansa tetap mempertahankan eksistensinya di jalur reggae.

"Selama komunitas reggae dan pecinta Bob Marley masih ada, maka kami juga akan terus berkarir dan tetap berkarya di jalur musik ini," tandas Zack.