Kapanlagi.com - Baru saja melakukan perjalanan seru di negeri Paman Sam, NOAH membawa 'oleh-oleh' untuk fans dan penikmat musik tanah air. 'Oleh-oleh' berupa pengalaman-pengalaman unik yang dirasakan masing-masing personel diceritakan saat press confrence kepulangan NOAH dari Tur AS, di Hard Rock Cafe, SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (23/10).

"Ada pengalaman sendiri masing-masing. Kalau saya sendiri, kita pengalamannya tampil di sana apa adanya. Jadi kita berfikir lebih ke musiknya, bukan teknisnya. Dan dengan kualitas sound apa adanya," terang sang gitaris, Uki.

Dalam menjalani tur 3 kota di Amerika Serikat, Washington DC menjadi kota yang paling menyenangkan bagi NOAH. Antusiasme dari penduduk lokal ketika melihat mereka manggung sangat berkesan bagi Ariel.

Suasana dalam press confrence NOAH setelah kepulangannya dari Amerika Serikat © Twitter.com/musicastudios

"Waktu kita di DC yang paling gampang karena itu sore hari dan bisa lihat siapa aja yang di depan. Dan pas main, saya lihat ada beberapa orang lokal yang ikut menikmati apa yang kita mainkan. Ada yang habis konser nyari CD-nya kita. Kalau secara musik sebenernya bahasa bisa ditembus, tapi mungkin pasar di sana yang berat. Musik pasti gampang masuk ke telinga pendengarnya tapi pasarnya yang berat. Ternyata bahasa bisa runtuh sama nada," ucap Ariel dalam press confrence kepulangan NOAH dari Tur AS, di Hard Rock Cafe, SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (23/10).

Hal senada diungkap oleh David, menurutnya musik itu umum tak mengenal bahasa. "Saat kita main di sana, bener kata Ariel, musi itu universal, mereka sangat appreciate. Penampilan kami di sana sangat dihargai dan mereka bisa menikmati musik kami juga," tambah suami Gracia Indri tersebut.Dalam penampilannya di Washington, Los Angeles dan New York, band asal Bandung ini menampilkan lagu-lagu andalannya kepada publik AS. Sebagai 'Duta Indonesia' lewat dunia musik, ternyata NOAH juga sempat terpikirkan untuk membawakan lagu tradisional Tanah Air. Namun, setelah pertimbangan masak-masak akhirnya mereka meredam keinginan mereka.

David, Ariel, Uki dan Lukman mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan usai kunjungi negeri Paman Sam © Twitter.com/musicastudios

"Memang kita sempat pikirin juga (bawakan lagu tradisional) pas menyusun song list. Tapi pertimbangan kami yang paling besar adalah penontonnya pengen dengerin lagu-lagunya kita. Untuk kolaborasi dangan musik tradisional pertimbangannya banyak. Kita nggak mau kalau semua musik kita yang dari negara dunia ketiga selalu dianggapnya musik tradisional. Kita juga pengen kasih tahu bahwa negara dunia ketiga juga ada musik modernnya. Tapi ada satu lagu yang kita mainkan ada nada gamelan, judulnya Jika Engkau. Dan menurut kita satu itu udah cukup," ujar sang vokalis.

Dari banyak penonton yang membanjiri konser 3 kota Ariel cs di Amerika Serikat, mayoritas yang datang adalah orang Indonesia. Harga tiket yang dipatok oleh band yang berada di bawah Bendera Musica Studios ini juga terbilang setara dengan harga HTM di tanah air.