Yura Yunita dan Padi Reborn Sepakat Pagelaran Sabang Merauke Bukan Sekadar Show, Tapi Gerakan Budaya Indonesia
Diperbarui: Diterbitkan:

Yura Yunita (Credit: Istimewa)
Kapanlagi.com - Menjelang pertunjukan utamanya, Pagelaran Sabang Merauke-The Indonesian Broadway Hikayat Nusantara kembali menggelar latihan gabungan musik pada 3-4 Agustus 2025 di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta. Tak hanya mengusung konsep pertunjukan kolosal, para seniman yang terlibat justru melihat pertunjukan ini sebagai bentuk perjuangan budaya.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Yura Yunita dan Piyu dari Padi Reborn, dua musisi yang kembali terlibat dalam pagelaran akbar ini.
"Pagelaran Sabang Merauke itu tahun kemarin aja udah wah, tahun ini energinya lebih besar, lebih kolosal. Menurut aku ini bukan cuma pertunjukan musik, tapi bagian dari perjuangan budaya untuk terus membangkitkan kecintaan kita terhadap Indonesia," ujar Yura Yunita usai jumpa pers di Kempinski Hotel, Jakarta Pusat, Senin (4/8).
Advertisement
1. Dikembangkan Secara Sinematik
Ia juga mengaku sangat menikmati kesempatan mengeksplorasi vokal dan ekspresi lewat musik daerah dari berbagai wilayah, termasuk Jambi dan Melayu, dengan pendekatan penuh detail.
Tak hanya soal musikalitas, Yura juga menceritakan pengalamannya yang menegangkan sekaligus luar biasa."Aku akan bernyanyi di atas makhluk besar yang mengeluarkan asap. Terbang melayang di udara. Ini atraksi yang jujur aja lebih tegang dari tahun kemarin. Tapi aku bangga, karena ini bukan cuma seni panggung, ini bagian dari sejarah budaya Indonesia," terangnya.
Sang sutradara, Rusmedie Agus atau kerap disapa Memed turut menegaskan bahwa musik dan narasi dalam pagelaran tahun ini dikembangkan secara sinematik.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Potensi Besar
Yura Yunita (Credit: Istimewa)
"Musik menjadi bagian yang hidup dan menyatu dalam narasi, bukan sekadar pengiring. Musik dirancang untuk menambah kedalaman emosi, menegaskan karakter, dan menjadi ekspresi budaya yang utuh,” jelasnya.
Senada dengan Yura, Piyu dari band Padi Reborn menilai bahwa Pagelaran Sabang Merauke punya potensi besar untuk menjangkau panggung-panggung internasional.
"Saya rasa sih Indonesia layak mempertontonkan ini di panggung-panggung dunia. Ini bisa jadi campaign yang bagus untuk pariwisata Indonesia," ujarnya.
Menurutnya, kemasan pertunjukan yang mengangkat cerita rakyat dan musik daerah dengan sentuhan modern sangat efektif untuk mengenalkan kekayaan budaya Tanah Air ke khalayak global.
Advertisement
3. Momen Monumental
Pagelaran tahun ini menyatukan kekuatan dari berbagai elemen: 60 musisi orkestra dari Jakarta Concert Orchestra, 60 penyanyi Batavia Madrigal Singers, 32 anggota The Resonanz Children’s Choir, serta 10 penyanyi nasional dan sederet musisi muda. Musiknya dikurasi dan disusun oleh music director Elwin Hendrijanto bersama Avip Priatna dan Dunung Basuki, dengan pendekatan tematik yang mencerminkan narasi lintas daerah dan generasi.
Sebanyak 31 karya musik akan ditampilkan, termasuk lagu-lagu daerah seperti Benggong dari NTT, Bungong Jeumpa dari Aceh, hingga Mahadewi yang diaransemen secara spontan berdasarkan gerakan tari dari Sandhidea, koreografer utama. Lagu "Lantunan Satu Bangsa" bahkan diciptakan khusus sebagai benang merah musikal yang menyatukan semangat kebangsaan di atas panggung.
Dengan skala pertunjukan yang masif dan pesan budaya yang kuat, Pagelaran Sabang Merauke 2025 diprediksi menjadi momen monumental.
"Aku merasa bukan cuma menyanyi, tapi jadi bagian dari perjalanan budaya Indonesia. Ini bukan cuma pertunjukan. Ini gerakan kita untuk terus mencintai dan melestarikan budaya bangsa," tutup Yura.
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
(kpl/pur/tdr)
Mathias Purwanto
Advertisement