Prince : 'MUSICOLOGY' Membara dengan Mengendalikan Erotika

KapanLagi.com - Dimulai dari suatu tempat pada awal tahun 90-an, dia seakan menghilang dari obsesinya yang gemerlap, perpaduan spiritual dari musik jazz yang kacau dalam The Rainbow Children (2001) dan musik yang mendayu-dayu dalam album N.E.W.S. pada 2003 adalah akses terakhirnya. Lalu, pada akhir tahun lalu, kemunculannya pada jalur Rock & Roll Hall of Fame membuat kita teringat betapa kuatnya, tak tertahankan dan melatar belakangi kekuatannya sebelumnya. Saat tampil bersama Beyonce untuk pembukaan Grammy telah membuktikan bahwa dia masih dapat menggetarkan semua orang. Dan sekarang dengan MUSICOLOGY, dia seperti ingin menarik, memfokuskan dan menciptakan kepuasan untuk sebuah album yang pernah Prince buat, sejak siapapun dapat mengingatnya .

Albumnya kali ini terkesan terbuka, santai dan terjangkau, bentuk album yang akan disukai semua lapisan masyarakat. MUSICOLOGY memunculkan sebuah sensasi kesegaran dari kehebatan Prince dalam menulis lagu.

Lebih dari sekedar goresan belaka, lagu-lagu dalam albumnya berbeda, saling berhubungan dan sangat teratur. Tembang bluesy On the Couch seperti ratapan-ratapan yang menyedihkan lalu tembang A Million Days menceritakan tentang perenungan dari seorang yang sedang dimabuk cinta. Tembang If Eye Was the man in Ur life seakan-akan ingin membuat waktu berhenti berdetak.

Ini merupakan sebuah sisi kemurnian yang sama, Musicology tetap adalah album Prince. Seperti ide-idenya yang dicetak dengan huruf tebal. Sebuah tembangnya berjudul Cinnmon Girl meminjam judul dari Neil Young dari pertengahan 90-an yang mengetengahkan perbedaan rasial dan etnik yang terjadi di seluruh dunia. Lagu-lagu yang lain diilhami dari perang Irak, amandeman empat belas, kitab suci, numerology dan korupsi yang dilakuakn oleh orang-orang tamak. Prince, yang sekarang adalah Kesaksiannya Yahudi, menurunkan lambang seksualitasnya. Tapi pengendaliannya berhasil juga. Kali ini Prince tidak memasukan suaranya yang mengalun mendayu-dayu menggoda, Musicology adalah album yang membara dengan mengendalikan hal-hal yang berbau erotik.

Akhirnya, lagu-lagu dalam album ini seperti layaknya lagu untuk mengiringi pernikahan, tidak seperti lagunya yang rancak dalam Let's Pretend We're Marriage tetapi sungguh sungguh seperti pernikahan. Dalam tembang Reflection, sebagai lagu penutup dalam album ini, bercerita tentang rahasia cinta dalam hidup yang mendalam. Itu sebuah contoh bagaimana sebenarnya Prince, dia mengatakan bahwa MUSICOLOGY akan membawa setiap orang kembali ke sekolah. Seperti sebuah petuah yang semua orang sudah tahu: dari hal kecil akan menghasilkan hal yang lebih besar. (erlin) (kpl/nat)

(kpl/nat)

Editor:

Maria Natalia

Rekomendasi
Trending