Ade Govinda Bahas Soal Resto Tak Putar Lagu Alasan Bayar Royalti
Diperbarui: Diterbitkan:

Ade Govinda Bahas Soal Resto Tak Putar Lagu Alasan Bayar Royalti © KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Kapanlagi.com - Musisi Ade Nurulianto atau Ade Govinda menilai banyak pemahaman kurang tepat terkait polemik royalti yang dikhawatirkan para pengusaha resto. Mereka memilih tidak memutar lagu dengan alasan takut bangkrut karena membayar royalti.
"Banyak yang salah kaprah. Jadi kalau lagu yang digunakan di tempat umum yang komersil, misal resto, musiknya tadi menjadi penunjang untuk penjualan tersebut yang memang harus bayar. Di dunia mana pun begitu," ungkapnya usai hadir sebagai pembicara Lokatalk Youtube Music Academy di Malang Creatif Center (MCC).
Advertisement
1. Pengaruh Lagu Diputar di Resto
© KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Tetapi, sebaliknya untuk tempat yang bukan komersil tidak harus membayar royalti. Langkah berhenti memutar lagu karena alasan keuntungan menunjukkan bahwa adanya unsur komersil terhadap resto. Lagu dinilai memberi pengaruh penjualan atau kehidupan ekonomis tempat tersebut.
"Paling gampang jalur berpikirnya, kalau dia berhenti memutar, saya baca sejumlah pengusaha ketakutan tempatnya bangkrut, restonya, berarti lagunya berpengaruh pada penjualan dia dong. Berarti memang harus ada posi yang diberikan," katanya.
"Tapi kalau dipakainya bukan untuk kegiatan komersil ya gak bayar. Jadi memang bukan kita bayar atau tidak, tetapi itu memang berpengaruh komersil. Ada nilai komersil di situ, otomatis," jelasnya.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Sosialisasi Sistem Royalti
© KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Tetapi memang Lembaga Managemen Kolektif (LMK) harus diperkuat dengan sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Sistem pengawasannya pun harus diperkuat, kedati sekarang ini semua unsur telah bekerja bahkan sejak 2011.
"Tetapi mungkin karena Indonesia terlalu luas ya, sosialisasinya harus lebih bagus. Jadi sistem yang ada harus dibenahi, ditingkatkan lagi. Jadi, mungkin yang saya dengan ada restrukturisasi atau apa ya. Semoga jauh lebih baik saja," urainya.
Advertisement
3. Tantangan yang Dihadapi
© KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Ade Govinda juga menegaskan bahwa sistem royalti di Indonesia sudah berjalan, walaupun memang belum maksimal. Karena memang sistemnya masih harus terus dibangun dan diperbaiki.
Tapi memang tidak gampang membangun sistem royalti, termasuk di negara yang sudah maju sekalipun. Butuh waktu lama dan tidak bisa semua dalam saat bersamaan berjalan maksimal.
"Semua itu harus sadar, musik itu dibikin perlu cost, energi, perlu waktu, perlu sumber daya, kreativitas, sama perlu promo, banyak banget. Jadi memang harus dihargai, sesuai porsi,"
tegasnya.
4. Ajak Musisi Optimis Berkarya
© KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Kendati demikian, Ade Govinda tetap mengajak para musisi untuk optimis berkarya untuk memproduksi musik berkualitas. Musik dengan iklim digitalisasi dan royalti menjanjikan bagi para musisi untuk terus berkarya.
"Iyalah, gue hidup dari royalti. Sudah (menerima), aku adalah orang yang pure hidup dari royalti. Sangat bisa, valid!" tegasnya.
Ade Govinda sebagai pembicara dari unsur musisi di Lokatalk yang digelar oleh Lokanesia, yakni program kolaborasi ekosistem kreatif di Indonesia. Program ini didedikasikan untuk memberdayakan musisi hiperlokal dan Pemerintah Daerah.
Simak Juga Berita Lain yang Nggak Kalah Hot!!!
Ade Govinda Ajak Musisi Maksimalkan Karya di Industri Digital
WAMI Umumkan Distribusi Royalti Tahap Kedua 2025, Sal Priadi Kantongi 114 Juta
Ade Govinda Antusias Sambut Anak Pertama, Bersiap Jadi Ayah dan Belajar Perawatan Bayi
Ade Govinda Soroti Royalti Musik di Indonesia, Belum Maksimal Tapi Ada Perbaikan
Hadirkan Dua Lagu Sekaligus, Ade Govinda Kolaborasi dengan Penyanyi Terkenal dari Malaysia Ernie Zakri
(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)
Berita Foto
(kpl/dar/rsp)
Advertisement