Kapanlagi.com - Kiprah komponis nasional Ismail Marzuki tidak diragukan lagi. Meski telah meninggal dunia pada 15 Mei 1958 namun jasa suami Eulis Zuraida itu masih dikenang dengan beragam kegiatan. Salah satunya dengan peluncuran buku karya Ninok Leksono berjudul Ismail Marzuki – Senandung Melintas Zaman di Hotel Santika, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Titiek Puspa, kiprah komponis Indonesia yang memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 2004 itu membuat dirinya mantap menjadi penyanyi. Terlebih karya yang dihasilkan memiliki magnet sendiri. Sehingga ia pun menyebut sosok Ismail Marzuki sebagai dewa pencipta di tanah air.

“Saya telah katakan, beliau adalah dewa-nya pencipta di Indonesia. Dan dia juga yang bikin saya jadi penyanyi dan diakui orang. Jadi waktu tahun 54, dalam hati saya bilang saya harus jadi penyanyi. Itu memotivasi saya, di mana satu lagu itu bisa membuat hati bergejolak, merasa bercumbu hati, sebab kata dan melodi dari dia sangat beragam. Indah bisa indah, lucu bisa lucu, gemas ya bisa gemas, semuanya beliau ada,” urainya.

Titiek Puspa anggap Ismail Marzuki komponis tingkat dewa.

Bahkan, sambungnya, semua tema ada dalam karya Ismail Marzuki dan tak jarang menjadi lagu yang fenomenal. Semisal saat romantisme di mana Ismail tengah bermanja dengan istri.

“Dia juga romantis, seperti dia tidur di pangkuan istrinya dan di elus-elus. Dari sana keluar lagu-lagu yang indah, seperti Sepasang Mata Bola, Sapu Tangan Dari Bandung  Selatan. Belum lagi dalam melihat kondisi bangsa, heroik sekali. Bahkan lagu Yii, yang sekarang sangat populer kayak korupsi, dia sudah bikin dulu,” papar Titiek lagi.

Sementara itu, Ninok mengatakan penulisan buku tentang Ismail Marzuki semata-mata untuk mengenalkan riwayat dan warisan almarhum.  “ Bukan untuk cari keuntungan. Kalaupun dapat royalti, saya berikan pada anaknya, Rahmi Azizah,” jelasnya.